Monday, April 10, 2017

Keindahan Gua Petruk Dan Tebing Putih

Gua Petruk Dan Tebing Putih

Gua Petruk Dan Tebing Putih iniTerletak 7 Km selatan Goa Jatijajar. Petruk diturunkan dari nama pengikut setia Pandawa dalam cerita pewayangan. Goa ini sangat mempesona. Tetesan air kapur terdengar bagaikan kebisingan yang tiada henti. Banyak stalaktit yang menyerupai bentuk kehidupan di dunia, seperti halnya stalaktit seperti anjing duduk ini. Stalaktit ini sangat memukau pengunjung karena menyerupai tokoh Semar dalam cerita pewayangan. Gorden raksasa akan mengingatkan betapa Maha Kuasanya Tuhan YME dan segala ciptaannya di bumi dan di langit.

Boneka-boneka mungil terdapat di dalam Goa Petruk di antara aliran air dalam gua yang sejuk. Stalaktit ini sangat mirip dengan payudara yang tidak terdapat di tempat lain. Tangan anda dapat menyentuhnya karena dinding goa yang tidak terlalu tinggi.
Saya sendiri hampir tiap tahun ada kegiatan di sini yaitu acara pemantapan Pecinta Alam SMA N 2 Purbalingga ( Smudapala ) yang tempatnya di Gua Petruk Dan Tebing Putih
Gua Petruk merupakan salah Obyek wisata di Kabupaten Kebumen. Obwis (obyek dan Pantai Logending, dimana lokasinya berada di dukuh Mandayana Desa Candirenggo Kecamatan Ayah, kabupaten Kebumen, atau sekitar 4,5 km dari Jatijajar menuju ke arah selatan.
Mendengar nama Petruk, orang tentu akan teringat nama Ponokawan anak Ki Semar yang berbadan tinggi, namun hidungnya sangat mancung. Konon, dalam cerita pewayangan, Petruk ini anak dari lelembut Banaspati yang kemudian diambil anak oleh Ki Semar dan Petruk ini dikenal mempunyai banyak akal.

Sayangnya orang telah banyak mendengar Goa Petruk, tetapi masih enggan untuk mengunjungi obwis tersebut. Cukup beralasan barang kali, memang karena untuk masuk Goa Petruk ini diperlukan persiapan yang cukup. Lagi pula, percuma kalau datang ke Goa Petruk ini hanya mengintip dari mulut Goa Petruk ini hanya mengintip dari mulut Goa yang menganga cukup lebar.
Perlu diketahui, bahwa di dalam Goa yang mungkin terlihat cukup menakutkan, karena tak ada pijaran atau nyala lampu seperti di Goa Jatijajar, atau Goa lain yang ada di Indonesia. Namun Goa Petruk ini menurut catatan Doktor Koo, seorang pakar Goa dari luar negeri mengatakan, bahwa Goa Petruk ini merupakan Goa terindah di seantero Nusantara.

Untuk itu, pakar Goa ini meminta pada Pemda Kebumen, agar Gua tersebut tetap dijaga kealamiannnya. Bahkan, untuk diterangi dengan listrik, juga tak diperkenankan. Namun pengunjung jangan khawatir, di sini tersedia Guide atau pemandu yang selalu siap mengantar disertai dengan peralatan lampu yang memadai.

Tiga Goa Goa Petruk ini sebetulnya terbagimenjadi tiga bagian. Bagian pertama atau di lantai I hanya terdapat kelelawar dengan bau kurang sedap dan beterbangan ke sana kemari. Sedang untuk Goa kedua dalam lokasi tersebut diberi nama Goa Semar.

Dalam Goa inilah kita akan disuguhi dengan pemandangan dari bebatuan yang cukup indah dan mempesona. Bahkan ada yang mengatakan, masuk Gua Petruk laksana melihat alam yang tiada taranya karena terdapat batu stalaktit dan stalagmit yang mempesona dan menyerupai berbagai bentuk.

Sedang gua yang terakhir, disebut Goa Petruk, karena dalam Goa tersebutlah sebetulnya terdapat batu yang mempunyai ujud seperti hidungnya Petruk. Sayang, karena ulah Belanda yang waktu itu melakukan penambangan phosfat, hidung Petruk yang merupakan Logo dari Goa tersebut putus dan kini sudah tak kelihatan lagi.

Tapi bukan itu sebetulnya yang ditawarkan oleh goa tersebut, di mana keindahan goa tersebut bukan dari hidung Petruk yang sangat mancung, tetapi panoramanya yang memang cukup indah. Untuk itu tidak ada salahnya kalau wisatawan bahkan memerlukan waktu berjam-jam berada di Goa Petruk ini.


Ornamen Gua Petruk

Batu Payudara
Begitu memasuki mulut goa, dan kita masuk di gua Semar yang dikenal banyak senyum ini, memang gua ini menjanjikan kita untuk kagum dan mengagumi gua tersebut. Tak salah, kalau Diparta Kebumen memberinya nama Gua Semar. Sebab, di gua tersebut orang akan tersenyum kagum melihat stalagtit dan stalagmit yang aneh-aneh.

Batuan yang paling ujung di sini adalah batu yang diberinya nama Batu Payudara, atau orang menyebutnya sebagai batu susu. Tentu nama ini bukan sekedar mencari popularitasnya saja, yakni mengambil nama sedikit porno. Kenyataannya batuan stalagtit ini memang berbentuk seperti putik-putik seorang ibu yang sedang menyusui.

Stalagtit ini bukan satu dua, tetapi jumlahnya puluhan, sehingga orang sampai di ujung Gas Semar (gua kedua) di Gua Petruk ini diingatkan pada masa kanak-kanak, di mana kita semua tentu pernah menyusu pada Ibu dan ASI inilah yang membuat kita tumbuh menjadi remaja dan seterusnya.



Batu Dasi

Kalau kita pernah baca ada petani berdasi, atau ada preman berdasi dan nelayan berdasi, Gua Petruk sebetulnya paling utama mempunyai istilah tersebut, sebab, dalam gua tersebut ada pula batuan yang mirip sekali sebuah dasi, tak aneh bila ada menyebutnya sebagai Batu Berdasi.
Selain berbentuk mirip dasi, nampak seperti goresan lukisan seorang pelukis yang cukup ternama tentunya. Bahkan, mirip ada warna di sana-sini yang membuat keindahan stalagmit batu berdasi ini, nampak sebuah lukisan yang cukup berbobot, sepertinya bekas sebuah sapuan kuas yang begitu rapinya.

Begitu juga dengan Gajah yang kalau di Lampung cukup merepotkan, karena sering merusak tanaman. Untuk itu, Pemda setempat sampai mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk mendirikan sebuah Sekolah Gajah. Tetapi di Gua Petruk ini, terdapat Stalagmit yang menyerupai bentuk Gajah.
Tentu saja, Gajah di sini tidak liar sepertinya di Lampung, sebelum hewan berbelalai panjang ini disekolahkan. Gajah di sini bahkan terlihat nampak indah dan mempesona. Sepertinya, kita memasuki sebuah Kebun Binatang yang khusus hanya untuk hewan Gajah.

Tak Apalah, kalau kita tak bisa melihat lagi hidung Petruk di Obwis tersebut. Sebab, kita masih bisa menyaksikan batuan stalagmit yang mirip Ki Lurah Semar dalam cerita pewayangan. Semar yang sebetulnya merupakan perwujudan dari Dewa yang mengejo wantah ini terlihat begitu menawan.



Sendang dan Air Terjun
Semakin kita masuk ke dalam Goa Petruk ini, kita semakin penasaran dengan batuan yang begitu indah. Sebab, di sini terdapat pula batuan yang mirip tempat tidur, atau pelaminan seorang pengantin baru. Ada lagi batu yang menyerupai sebuah lumbung padi, sehingga batuan tersebut di beri nama batu lumbung.

Jangan takut, kalau dalam Gua Petruk ini kita melihat sebuah batu yang mirip sekali dengan sebuah Mayit yang tergeletak. Bukan hanya bentuknya, tetapi warna dari batu tersebut memang tampak putih, bak sebuah kain mori yang membungkus sebuah Mayit yang siap untuk dimakamkan. Tetapi begitu indah bebatuannya.

Bukan Gua Petruk, kalau tidak menyimpan sejumlah bebatuan yang beraneka ragam bentuk yang begitu menawan, indah dan membuat orang yang melihatnya berdecak-decak kekaguman. Bahkan, membuat orang enggan keluar dari gua tersebut. Bukan tanpa alasan, kaerna dalam gua ini juga dapat terlihat adanya sejumlah sendang dan air terjun yang bahkan airnya mirip busa sabun.

Sambil menikmati bebatuan yang banyak aneka ragam dan bentuknya, telinga kita akan mendengarkan bunyi tik ...tik. .. tiiiikkkk, dari air yang jatuh dari langit gua, atau dari bebatuan yang indah, sehingga menambah kenyamanan kita untuk menyaksikan keajaiban Tuhan Pencipta Alam Semesta.

Untuk mengunjungi gua Petruk ini, sebaiknya kita telah mempersiapkan peralatan berupa sepatu dari plastik atau kare, sehingga tidak bisa tembus air. Tetapi, jangan gunakan sepatu yang berhak tinggi yang nantinya bahkan cukup merepotkan.

Peralatan lain yang perlu dipersiapkan adalah senter yang cukup terang dan topi untuk menghindari benturan. Bila perlu, kita bawa Kamera dengan lampu blitz yang baik. Dengan demikian kita bisa menyaksikan keindahan Stalagmit dan Stalaktit Gua Petruk sekaligus diabadikan. Sesampai di rumah, kalai diperlukan, photo-photo Gua Petruk ini bisa dipajang untuk hiasan dinding yang cukup indah.

 

 

Tebing Putih

Tebing Putih, seperti namanya yang merupakan tebing berwarna putih yang berada di kawasan obyek wisata Gua Petruk. Tebing tersebut merupakan tebing yang sangat sering digunakan untuk kegiatan panjat tebing (rock climbing). Di sana banyak terdapat kulit kerang yang menandakan bahwa tebing tersebut dahulunya merupakan dasar laut. Tebing Putih memiliki jenis batuan yang keras dan kuat sehingga sangat cocok untuk kegiatan rock climbing.


Jalur yang terdapat di Tebing Putih ada 4, di antaranya Jalur Tokek dan Jalur Sarden. Penamaan jalur tersebut tidak sembarangan, penamaan tersebut memiliki arti. Dinamakan Jalur Tokek karena saat pembuatan jalur tersebut selalu muncul tokek dari celah-celah tebing. Sedangkan Jalur Sarden dinamakan karena setelah pembuatan jalur tersebut, pembuat jalur memakan sarden. Unik bukan?



1 comment: